BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bimbingan dan konseling sebagai sebuah kajian ilmiah tidak
dapat berdiri sendiri tanpa ilmu pendukung lainnya. Konsep tentang pelaksanaan
bimbinan dan konseling di sekolah mengacu pada kebutuhan siswa dan tugas-tugas
perkembangan yang harus dituntaskannya. Sejauh ini, bimbingan dan konseling
mengikrarkan diri sebagai sahabat siswa yang harapannya mengetahui sisi
psikologis dan perkembangan mereka dalam masa remaja yang fluktuatif.
Psikologi sosial merupakan ilmu pendukung bimbingan dan
konseling dimana konseli sebagai bagian dari masyarakat memiliki
karakteristiknya sendiri. Konseli memiliki peran dan fungsi yang secara
otomatis menentukan perilakunya dalam lingkup sosial. Pengaruh dari lingkungan
sosial dapat memberikan sumbangan bagi bimbingan dan konseling dalam
melaksanakan prosesnya agar berjalan lancar.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Pengertian konflik?
2.
Apa saja unsur-unsur
dalam konflik?
3.
Apa saja sumber konflik yang dipusatkan pada faktor
hubungan antar individu dan antar kelompok?
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan
tujuan:
1. Agar pembaca mengetahui pengertian konflik
2. Agar pembaca mengetahui unsur-unsur dalam konflik
3. Agar pembaca sumber konflik yang dipusatkan pada faktor
hubungan antar individu dan antar kelompok
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Konflik
Individu dalam hubungannya dengan kelompok
mengarah pada dua bentuk hubungan yaitu kerjasama ataukan konflik. Konflik itu
sendiri merupakan pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik akan lebih
banyak membuat kerugian dibanding dengan kerja sama. Alo Liliweri (2005:249)
mencoba merangkum definisi dari berbagai sumber, sebagai berikut :
1.
Konflik sebagai bentuk pertengkaran alamiah yang
dihasilkan oleh individu atau kelompok dikarenakan perbedaan sikap,
kepercayaan, nilai atau kebutuhan.
2.
Konflik merupakan hubungan pertentangan antara
dua pihak atau lebih yang merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu namun
diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan.
3.
Pertentangan atau pertikaian karena ada
perbedaan dalam kebutuhan, nilai, motivasi perilaku, atau yang terlibat di
dalamnya.
4.
Suatu proses yang terjadi ketika satu pihak
secara negatif mempengaruhi pihak lain, dengan melakukan kekerasan fisik yang
membuat orang lain terganggu.
2.2 Unsur-unsur dalam konflik
Dari beberapa definisi tersebut di atas, nampak bahwa setiap
konflik memiliki beberapa unsur, diantaranya (Barge dalam Alo Liliweri,
2005:250):
a.
Melibatkan dua pihak atau lebih yang
berinteraksi
b.
Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik dan
sekaligus sebagai sumber konflik
c.
Ada perbedaan pikiran, perasaan, tindakan di
antara pihak yang terlibat untuk mendapatkan atau mencapai tujuan/sasaran
d.
Ada situasi konflik antara dua pihak yang
bertentangan baik situasi antar pribadi, antar kelompok, dan antar organisasi.
Sekalipun konflik berdampak negatif akan tetapi konflik
tetap saja terjadi. Konflik biasanya bersumber dari SARA, jenis kelamin,
kebudayaan, dll. Namun penelitian oleh Lasley (Sarlito, 2005:132) menyatakan
bahwa sumber konflik utama adalah hubungan antara individu atau kelompok itu
sendiri.
2.3
Sumber konflik yang dipusatkan pada faktor
hubungan antar individu dan antar kelompok
a.
Dilema sosial
Menurut
Rapaport (Sarlit0, 2005:132) dilema sosial maksudnya adalah ketika dua orang
yang saling bermusuhan tidak mau saling berdamai meskipun keduanya sama-sama
menderita kerugian. Jadi masing-masing pihak merasa harga dirinya akan jatuh
jika harus mengalah dan mau berdamai karena tidak mau dianggap sebagai penyebab
, konflik. Dilema sosial sulit dihindari namun ada beberapa cara untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya dan meminimalkan dampak negatif dilema sosial
seperti:
1)
Pembuatan aturan
Aturan
hanya dibuat harus disepakati semua pihak agar memperoleh hasil yang maksimal,
misalnya alat-alat di laboratorium hanya boleh digunakan oleh mahasiswa pada
saat jadwal praktik.
2)
Kecil itu indah
Kelompok
kecil ternyata lebih efektif dan lebih bertanggung jawab, mempunyai rasa
terikat pada kelompok dan masing-masing anggota cenderung tidak akan mengambil
lebih dari pada yang diperlukan.
3)
Komunikasi
Adanya
kominikasi yang efektif sangat diperlukan dalam pembuatan aturan yang
disepakati dan ditaati bersama. Komunikasi dapat mengurangi rasa saling tidak
percaya dan meningkatkan kerjasama.
4)
Pembalikan manfaat
Untuk
mencegah terjadinya pelanggaran atas aturan yang telah dibuat maka perlu
dilakukan pembalikan manfaat, yang tadinya menguntungkan dibuat tidak
menguntungkan dan sebaliknya. Misalnya peraturan memakai sabuk keselamatan
banyak dilanggar oleh pengguna jalan dengan alasan malas dan mengganggu gerak,
oleh karenanya dikenakan denda.
b.
Tragedi alun-alun
Alun-alun
hanya sebuah istilah yang menggambarkan sebuah tempat seperti alun-alun yang
seharusnya menjadi tempat bersama, dapat dimanfaatkan secara bersama-sama.
Namun yang terjadi justru ada orang memanfaatkan alun-alun untuk kepentingannya
sendiri. Gejala inilah yang dinamakan tragedi alun-alun (Garret Hardin dalam
Sarlito, 2005:134).
Terdapat
beberapa alasan dibalik terjadinya dilema sosial dan tragedi alun-alun, yaitu
masing-masing pihak (individu, kelompok, suku, ras, agama, bangsa) menilai
dirinya sendiri berperilaku sesuai dengan situasi misalnya adanya pemikiran
“saya memanfaatkannya semaksimal mungkin”, “saya tidak mau rugi”, atau “saya
tidak kalah”. Alasan berikutnya adalah motivasi yang berubah-ubah, sulit
memperkirakan apakah pihak lain mau bekerja sama atau tidak, dan lain
sebagainya.
c.
Ketidakadilan
Dalam
hubungan antar individu atau antar kelompok, keadilan berarti keseimbangan
antara hasil yang didapat dengan hasil pihak lain atau dapat dikatakan
keseimbangan antara harapan dan kenyataan. Misalnya pada kasus Freeport,
masyarakat asli merasa diperlakukan tidak adil, pengorbanan yang mereka lakukan
tidak sebanding dengan imbalan yang diterima. Kesenjangan antara harapan dan
kenyataan dapat menimbulkan frustasi yang pada ahkirnya mengarah pada perilaku
agresif.
d.
Kompetisi
Kompetisi
dapat memicu terjadinya konflik jika dalam situasi kompetisi tersebut sudah
tercemar oleh masalah rasial, sosial-ekonomi atau agama.
e.
Kesalahan persepsi
Kesalahan
persepsi disebabkan persepsi yang selalu berubah-ubah, tergantung keadaan
subjek yang bersangkutan, hubungan dengan orang lain atau pihak lain, situasi
pada saat itu.
Menurut
Alo Liliweri (2005:256), ada dua hal yang patut diperhatikan dalam membahas
penyebab konflik, yaitu:
(1)
konteks terjadinya konflik, mulai dari antarpribadi, komunitas, komunikal,
regional, dalam negara sendiri maupun sampai negara tetangga;
(2)
sumber-sumber konflik.
2. 4 Faktor Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Asumsi
setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5 kecenderungan:
Terdapat 5 kecenderungan:
• Penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman
• Kompetisi: konflik memunculkan pemenang
• Kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian
• Akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
• Kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.
2. 5 Strategi Penyelesaian Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Konflik sebagai bentuk pertengkaran alamiah yang
dihasilkan oleh individu atau kelompok dikarenakan perbedaan sikap,
kepercayaan, nilai atau kebutuhan.
2. Unsur-unsur dalam konflik
a.
Melibatkan dua pihak
b.
Ada tujuan
c.
Ada perbedaan pikiran
d.
Ada situasi konflik
3.2 Saran
Peranan psikologi dalam
bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang menjadi sasaran layanan. Untuk keperluan dalam proses bimbingan
dan konseling hendaknya konselor menguasai kajian dalam bidang psikologis yaitu
tentang:
a. motif dan motivasi adalah dorongan yang mengerakan seseorang
bertingkah laku,
b. pembawaan dan lingkungan,
c. perkembangan individu tidak terjadi sekali saja akan tetapi
bertahap dan berkesinambungan,
d. belajar, balikan dan penguatan,
e. kepribadian ciri seseorang
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri, Allo. 2005. Prasangka dan Konflik.Yogyakarta:
Pelangi Aksara
How to Make Money from Betting on Sports Betting - Work
BalasHapus(don't worry if you get it หารายได้เสริม wrong, though) The process involves kadangpintar placing bets on different events, but it can also be ventureberg.com/ done by using herzamanindir.com/ the 1등 사이트