BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan bisa dilakkukan oleh siapa ,
kapan , dimana dan oleh siapa saja karena pendidikan bisa dilakukan tidak harus
dalam pendidikan formal saja. Selain itu, ada pendidikan non formal dan
informal. Dalam pendidikan tentunya ada kegiatan proses pembelajaran. Ada yang
mengajar (guru) dan ada yang diajar (peserta didik).
Pendidikan dapat mengantarkan seorang agar
belajar untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Setiap individu
memiliki keunikan sendiri mengenai gaya hidupnya termasuk gaya belajarnya. Gaya
hidup seseorang dipengaruhi oleh daya kreativitas masing-masing. Ada seseorang
yang dengan mudah memahami suatu materi tertentu akan tetapi ada juga yang
mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi . Maka dari itu, seorang guru
harus mengenali karakteristik siswanya masing-masing agar dapat menentukan
metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajarnya memerlukan bantuan agar bisa menyelesaikan masalah belajarnya. Dalam
hal ini peran guru Bimbingan dan Konseling sangatlah diperlukan disamping guru
mata pelajaran. Tenaga pendidik perlu menyelidiki penyebab masalah belajar
siswa yang biasa disebut diagnosis. Sehingga siswa bisa dengan mudah memahami
materi dan mensejahterakan kehidupannya dengan menjadi siswa yang cerdas dan
berkualitas dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Makalah ini membahas mengenai pengertian
diagnosis kesulitan belajar dan berbagai penyebabnya serta bagaimana langkah
untuk menanganinya.
1.2 Rumusan
Masalah
Lingkup pembahasan dalam
makalah ini yaitu :
1. Apa
pengertian diagnosis kesulitan belajar?
2. Apa
saja yang menjadi patokan gejala kesulitan belajar?
3. Faktor
apa saja yang menjadi penyebab dalam kesulitan belajar?
4. Bagaimana
proses pemecahan masalah kesulitan belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan
makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Bimbingan
dan Konseling Belajar dan untuk mendapatkan pembahasan mengenai :
1. Diagnosis
kesulitan belajar
2. Patokan
gejala kesulitan belajar
3. Penyebab
kesulitan belajar
4. Proses
pemecahan masalah kesulitan belajar
1.4 ManfaatPenulisan
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.
Mendapatkan pengetahuan baru mengenai diagnosis
kesulitan belajar.
2.
Dapat mengetahui apa saja yang menjadi penyebab
kesulitan belajar sehingga bisa mengetahui karakter siswa yang memiliki masalah
dalam belajar.
3.
Memberikan gambaran mangenai calon guru Bimbingan
dan Konseling dalam membantu siswa mengatasi masalah kesulitan belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam
dunia pendidikan, istilah “diagnosis” merupakan istilah yang relatif baru.
Walaupun dalam dunia kedokteran sudah lama dikenal dan bukan istilah asing
lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang dokter mengadakan wawancara, mengukur
dan memeriksa denyut jantung, tekanan darah dan sebagainya kepada pasiennya.
Kemudian seorang dokter memberikan saran-saran, nasehat, menyuntik obat, member
resep kepada pasien agar pasien bisa sembuh.
Dalam
dunia pendidikan arti “diagnosis” yaitu sebagai usaha-usaha untuk mendeteksi,
meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari kesulitan belajar seorang
murid. Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan
kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosis. Pada dasarnya kesulitan belajar
akan dialami oleh setiap siswa. Banyak sekali materi pelajaran yang perlu siswa
kuasai sehingga menimbulkan beban yang berat untuk siswa. Biasanya siswa bisa
menguasai salah satu materi misal menguasai matematika tetapi mungkin tidak
bisa menguasai materi lain misal ekonomi sehingga siswa dianggap mengalami
kesulitan belajar.
Pada
umumnya, kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan , sehingga memerlukan usaha
lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan
sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai proses belajar. Kesulitan belajar
mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya termasuk pengertian-pengertian
seperti :
1.
Learning Disorder ( Ketergangguan Belajar)
Adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya
orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu,
akan tetapi proses belajarnya yang tergangguan atau terhambat oleh adanya
respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai
akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2.
Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang
mengacu kepada gejala dimana murid tidak
mampu belajar (menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya.
3.
Learning Disfunction (Ketidakfungsian Belajar)
Menunjukkan gejala dimana proses belajar
tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda
subnormalitas mental, bisa berupa gangguan psikologis.
4.
Under Achiever ( Pencapaian Rendah )
Adalah mengacu kepada murid – murid yang
memiliki tingkat potensi intelektual di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5.
Slow Leaner ( Lambat Belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses
belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Seorang siswa yang
mengalami kesulitan belajar kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam proses belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
Nampak pada berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung maupun
tidak.
2.2
Patokan Gejala Kesulitan Belajar
Kemajuan belajar individu dapat dilihat dari segi tujuan
yang harus dicapai, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan potensinya,
kedudukannya dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama dan dapat dilihat
dari kepribadiannya. Berdasarkan hal ini, patokan kesulitan belajar dapat
ditentukan seperti dibawah ini:
1.
Tingkat pencapaian
tujuan
2.
Perbandingan antara
potensi dengan prestasi
3.
Kedudukan dalam
kelompok
4.
Tingkah laku yang
Nampak
Penjelasan :
1.
Tingkat pencapaian
tujuan
Tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang
sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bab 2 pasal 3 :” pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Diperlukan adanya sarana-sarana untuk mencapai
tujuan institusional, seperti kegiatan kurikuler. Kurikuler bertujuan untuk
menjabarkan tujuan institusional dan mewujudkanya dalam rencana
pelajaran.Tujuan kurikuler ini dijabarkan menjadi tujuan instruksional
(perubahan sikap / tingkah laku yang diharapakan).
Murid yang tidak dapat mencapai tujuan karena mendapat
hambatan diperkirakan mengalami kesulitan belajar dan murid yang mengalami
kesulitan belajar dalam proses belajar, tidak akan mencapai tujuan
instruksional.
Cara untuk mengetahui hambatan tersebut adalah
sebelum proses belajar mengajar dimulai rumuskan tujuan dengan jelas dan
operasional baik dalam bentuk tujuan instrusional umum dan khusus, dalam
statistic berdasarkan distribusi normal seseorang dikatakan berhasil ketika
menguasai sekurang-kurangnya 60% dari tujuan.
2.
Perbandingan antara
potensi dengan prestasi
Prestasi belajar seorang murid tergantung dari
potensinya baik bakat maupun kecerdasan. Dengan membandingkan antara potensi
dan prestasi pencapaian maka dapt diperkirakan sejauh mana anak dapat
mewujudkan potensinya, misalnya seorang murid dengan IQ 130 tapi prestasi
akademiknya rendah, maka dia mendapat kesulitan belajar.
Potensi dapat diketahui denga tes bakat atau
intelegensi, melalui patokan ini dapat diketahui murid yang mendapatkan
prestasi jauh dibawah potensinya dan dianggap mengalai kesulitan belajar.
3.
Kedudukan dalam
kelompok
Seorang murid yang mendapat nilai 8 diantara
teman-temanya yang mendapat nilai 7 kebawah dia akan dikatakan pandai. Dengan
demikian nilai dikatakan berarti jika telah dibandingkan dengan nilai lain
dalam kelompoknya.
Secara statistic murid diperkirakan mengalami
kesulitan balajar jika menduduki urutan paling bawah dalam kelompoknya sebanyak
25% dari bawah, melalui teknik ini guru mengurutkan prestasi murid berdasakana
jumlah nilai.
Teknik lain adalah membandingkan prestasi belajar
setiap murid denga nilai rata-rata kelas. Mereka yang mendapat nilai dibawah nilai rata-rata
kelas dinggap mengalami kesulitan belajar.
Dengan
ke2 teknik tersebut (rangking dan perbandingan rata-rata kelas akan mempermudah
guru dalam menganalisis dan memberikan bimbingan)
4.
Tingkah laku yang
Nampak
Murid akan bertingkah laku sesuai dengan hasil
belajar yang dicapainya, karena proses belajar mengajar menimbulkan perubahan
dalam aspek tingkah laku, murid yang tidak berhasil dalam belajar akan menunjukan
pola tingkah laku menyimpang dan sebaliknya
Gejala kesulitan belajar dimanivestasikan dalam
berbagai jenis kesulitan. Jenis kesulitan belajar tersebut saling berinteraksi
satu denga yang lain.
2.3
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar dapat dialami oleh siapa saja, karena belajar itu bukan merupakan
proses yang mudah dan melibatkan segala macam aspek. Termasuk aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Masalah kesulitan belajar yang dialami siswa
tentunya berbeda dengan siswa lainnya. Maka dari itu guru mata pelajaran dan
guru BK perlu untuk mengenali berbagai karakter yang dimiliki oleh siswa.
Menurut Burton,
sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang
berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor
yang berasal dari luar diri yang bersangkutan (Ebekunt; 2009, http://ebekunt.wordpress.com):
1.
Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain :
1) Minat terhadap mata pelajaran kurang
2) Motif belajar rendah;
3) Rasa percaya diri kurang
4) Disiplin pribadi rendah;
5) Sering meremehkan persoalan;
6) Sering mengalami konflik psikis;
7) Integritas kepribadian lemah.
b. Faktor kejasmanian, antara lain :
1) Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) Adanya gangguan pada fungsi indera;
4) Kelelahan secara fisik.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah
faktor yang berada atau berasal dari luar
peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor
instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan
belajar mahasiswa antara lain :
1) Kemampuan
profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang terlalu berat bagi pesert didik;
3) Program belajar
dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar
dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan
antara lain :
1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
2) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk
pendidikan.
2.4
Proses Pemecahan Kesulitan Belajar
Ada pun langkah
– langkah dalam proses pemecahan masalah kesulitan belajar meliputi :
1. Memperkirakan
kemungkinan bantuan
2. Menetapkan
kemungkinan cara mengatasi
3. Tindak
lanjut
Ad.1 memperkirakan kemungkinan
bantuan
Kalau letak kesulitan yang dialami
murid sudah dipahami baik jenis dan sifat kesulitan dengan berbagai macam latar
belakangnya maupun faktor-faktor penyebabnya, maka guru/konselor akan
memperkirakan :
a. Apakah
murid tersebut masih mungikin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak
b. Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid
tertentu
c. Kapan
dan dimana pertolongan itu dapat diberikan
d. Siapa
yang dapat memberikan pertolongan / bantuan
e. Bagaimana
cara menolong muridyang efektif, sehingga murid dapat mengatasi kesulitan
f. Siapa
saja yang harus dilibatkan dalam menolong murid dan apakah sumbangan / peranan
yang dapat diberikan oleh masing-masing pihak.
Ad.2 menentapkan kemungkinan cara
mengatasi
Dalam langkah ini perlu diadakan dari rapat staf bimbingan dan konseling
jika diperlukan. Setelah hal itu dilaksanakan maka perlu disusun suatu rencana
yang berisi tentang beberapa alternatif yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
kesulitan yang dialami murid. Rencana itu hendaknya berisi:
a. Cara-cara
yang harus ditempuhuntuk menyembuhkan kesulitan yang dialami murid
b. Menjaga
agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi
Alangkah baiknya kalau rencana ini dapat
didiskusikan dan dikomunikasikan dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam pemberian bantuan tersebut. Misalnya kepala
sekolah, guru kelas / guru bidang studi, orang tua murid, konselor, dan
sebagainya. Pada dasarnya secara khusus kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh
guru bidang studi yang mengetahui secara persis tentang berbagai kesulitan yang
dialami oleh seorang murid dalam mata pelajarannya.
Ad.3 Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah kegiatan
melakukan pengajaran remedial (remedial teaching) yang do=iperkirakan paling
tepat dalam membantu murid yang mengalami kesulitan belajar kegiatan tindak
lanjut ini dapat berupa:
a. Melakukan
pengajaran berupa pengajaran remedial (remedial teaching) pada bidang studi
tertentu yang dilakukan oleh guru, pada mata pelajaran tertentu yang dilakukan
oleh guru, yang dapat dibantu oleh guru pembimbing (konselor) dan pihak lain
yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar murid yang penuh motivasi.
b. Pembagian
tugas dan peranan orang-orang tertentu (wali kelas dan guru pembimbing) dalam
memberikan bantuan kepada murid dan kepada guru yang selama melaksanakan
kegiatan pengajaran remidial.
c. Senantiasa
recek dalam mencek kemajuan yang dicapai murid baik pemahaman mereka terhadap
bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna dari program
remidial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi. Dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hendaknya dilakukan secara kontinyu dan setiap kegiatan
seharusnya senantiasa disertai dengan
pencatatan yang tepat.
d. Mentransfer
murid yang diperkirakan tidak mungkin ditolak karena diluar kemampuan atau
wewenang guru atau konselor. Transfer kasus semacam itu bisa dilakukan kepada
orang lain atau lembaga lain (psikolog, psikiater, lembaga psikologi, dan
sebagainya) yang diperkirakan dapat dan
lebih tepat membantu murid yang bersangkutan.
Setelah muri
mendapat bantuan maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
a.
Men-tes hasil belajar murid dalam bidang studi
yang dianggap sulit
b.
Melakukan wawancara dengan murid yang bersangkutan untuk mengetahui pendapat murid
tentang kesulitannya
c.
Wawancara dengan guru dan orang tua mengenai
perubahan yang telah terjadi
d.
Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai dan
informasi lainnya
e.
Observasi kegiatan murid dalam belajar
(departemen pendidikan dan kebudayaan, 1989)
Dengan demikian langkah – langkah dalam
mendiagnosis kesulitan belajar telah selesai, sebagai bagian integral adalah
pengajaran remedial. Tentang masalah ini dapat dikaji dalam bab berikutnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajarnya memerlukan bantuan agar bisa menyelesaikan masalah belajarnya. Dalam
hal ini peran guru Bimbingan dan Konseling sangatlah diperlukan disamping guru
mata pelajaran. Tenaga pendidik perlu menyelidiki penyebab masalah belajar
siswa yang biasa disebut diagnosis. Sehingga siswa bisa dengan mudah memahami
materi dan mensejahterakan kehidupannya dengan menjadi siswa yang cerdas dan
berkualitas dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memberikan
informasi kepada para pembaca, dan para pembaca dapat mengembangkan sendiri
mengenai materi Diagnosis Kesulitan Belajar, dan masukan serta saran dari
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2010. Diagnosis
Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Nuha Litera
0 komentar :
Posting Komentar