The Hunger Games Mockingjay Pin

Minggu, 04 Januari 2015

Bimbingan Konseling Belajar

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan bisa dilakkukan oleh siapa , kapan , dimana dan oleh siapa saja karena pendidikan bisa dilakukan tidak harus dalam pendidikan formal saja. Selain itu, ada pendidikan non formal dan informal. Dalam pendidikan tentunya ada kegiatan proses pembelajaran. Ada yang mengajar (guru) dan ada yang diajar (peserta didik).
 Pendidikan dapat mengantarkan seorang agar belajar untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Setiap individu memiliki keunikan sendiri mengenai gaya hidupnya termasuk gaya belajarnya. Gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh daya kreativitas masing-masing. Ada seseorang yang dengan mudah memahami suatu materi tertentu akan tetapi ada juga yang mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi . Maka dari itu, seorang guru harus mengenali karakteristik siswanya masing-masing agar dapat menentukan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya memerlukan bantuan agar bisa menyelesaikan masalah belajarnya. Dalam hal ini peran guru Bimbingan dan Konseling sangatlah diperlukan disamping guru mata pelajaran. Tenaga pendidik perlu menyelidiki penyebab masalah belajar siswa yang biasa disebut diagnosis. Sehingga siswa bisa dengan mudah memahami materi dan mensejahterakan kehidupannya dengan menjadi siswa yang cerdas dan berkualitas dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan.  Makalah ini membahas mengenai pengertian diagnosis kesulitan belajar dan berbagai penyebabnya serta bagaimana langkah untuk menanganinya.

1.2  Rumusan Masalah
Lingkup pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1.     Apa pengertian diagnosis kesulitan belajar?
2.     Apa saja yang menjadi patokan gejala kesulitan belajar?
3.     Faktor apa saja yang menjadi penyebab dalam kesulitan belajar?
4.     Bagaimana proses pemecahan masalah kesulitan belajar?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar dan untuk mendapatkan pembahasan mengenai :
1.     Diagnosis kesulitan belajar
2.     Patokan gejala kesulitan belajar
3.     Penyebab kesulitan belajar
4.     Proses pemecahan masalah kesulitan belajar

1.4  ManfaatPenulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.   Mendapatkan pengetahuan baru mengenai diagnosis kesulitan belajar.
2.   Dapat mengetahui apa saja yang menjadi penyebab kesulitan belajar sehingga bisa mengetahui karakter siswa yang memiliki masalah dalam belajar.
3.   Memberikan gambaran mangenai calon guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu siswa mengatasi masalah kesulitan belajar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam dunia pendidikan, istilah “diagnosis” merupakan istilah yang relatif baru. Walaupun dalam dunia kedokteran sudah lama dikenal dan bukan istilah asing lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang dokter mengadakan wawancara, mengukur dan memeriksa denyut jantung, tekanan darah dan sebagainya kepada pasiennya. Kemudian seorang dokter memberikan saran-saran, nasehat, menyuntik obat, member resep kepada pasien agar pasien bisa sembuh.
Dalam dunia pendidikan arti “diagnosis” yaitu sebagai usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari kesulitan belajar seorang murid. Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosis. Pada dasarnya kesulitan belajar akan dialami oleh setiap siswa. Banyak sekali materi pelajaran yang perlu siswa kuasai sehingga menimbulkan beban yang berat untuk siswa. Biasanya siswa bisa menguasai salah satu materi misal menguasai matematika tetapi mungkin tidak bisa menguasai materi lain misal ekonomi sehingga siswa dianggap mengalami kesulitan belajar.  
Pada umumnya, kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan , sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai proses belajar. Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya termasuk pengertian-pengertian seperti :
1.              Learning Disorder ( Ketergangguan Belajar)
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang tergangguan atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2.              Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala dimana  murid tidak mampu belajar (menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya.
3.              Learning Disfunction (Ketidakfungsian Belajar)
Menunjukkan gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, bisa berupa gangguan psikologis.
4.              Under Achiever ( Pencapaian Rendah )
Adalah mengacu kepada murid – murid yang memiliki tingkat potensi intelektual  di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5.              Slow Leaner ( Lambat Belajar)
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar Nampak pada berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung maupun tidak.
           

2.2 Patokan Gejala Kesulitan Belajar
Kemajuan belajar individu dapat dilihat dari segi tujuan yang harus dicapai, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan potensinya, kedudukannya dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama dan dapat dilihat dari kepribadiannya. Berdasarkan hal ini, patokan kesulitan belajar dapat ditentukan seperti dibawah ini:
1.     Tingkat pencapaian tujuan
2.     Perbandingan antara potensi dengan prestasi
3.     Kedudukan dalam kelompok
4.     Tingkah laku yang Nampak
Penjelasan :
1.     Tingkat pencapaian tujuan
Tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bab 2 pasal 3 :” pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Diperlukan adanya sarana-sarana untuk mencapai tujuan institusional, seperti kegiatan kurikuler. Kurikuler bertujuan untuk menjabarkan tujuan institusional dan mewujudkanya dalam rencana pelajaran.Tujuan kurikuler ini dijabarkan menjadi tujuan instruksional (perubahan sikap / tingkah laku yang diharapakan).
Murid yang tidak dapat mencapai tujuan karena mendapat hambatan diperkirakan mengalami kesulitan belajar dan murid yang mengalami kesulitan belajar dalam proses belajar, tidak akan mencapai tujuan instruksional.
Cara untuk mengetahui hambatan tersebut adalah sebelum proses belajar mengajar dimulai rumuskan tujuan dengan jelas dan operasional baik dalam bentuk tujuan instrusional umum dan khusus, dalam statistic berdasarkan distribusi normal seseorang dikatakan berhasil ketika menguasai sekurang-kurangnya 60% dari tujuan.
2.     Perbandingan antara potensi dengan prestasi
Prestasi belajar seorang murid tergantung dari potensinya baik bakat maupun kecerdasan. Dengan membandingkan antara potensi dan prestasi pencapaian maka dapt diperkirakan sejauh mana anak dapat mewujudkan potensinya, misalnya seorang murid dengan IQ 130 tapi prestasi akademiknya rendah, maka dia mendapat kesulitan belajar.
Potensi dapat diketahui denga tes bakat atau intelegensi, melalui patokan ini dapat diketahui murid yang mendapatkan prestasi jauh dibawah potensinya dan dianggap mengalai kesulitan belajar.
3.     Kedudukan dalam kelompok
Seorang murid yang mendapat nilai 8 diantara teman-temanya yang mendapat nilai 7 kebawah dia akan dikatakan pandai. Dengan demikian nilai dikatakan berarti jika telah dibandingkan dengan nilai lain dalam kelompoknya.
Secara statistic murid diperkirakan mengalami kesulitan balajar jika menduduki urutan paling bawah dalam kelompoknya sebanyak 25% dari bawah, melalui teknik ini guru mengurutkan prestasi murid berdasakana jumlah nilai.
Teknik lain adalah membandingkan prestasi belajar setiap murid denga nilai rata-rata kelas. Mereka  yang mendapat nilai dibawah nilai rata-rata kelas dinggap mengalami kesulitan belajar.
Dengan ke2 teknik tersebut (rangking dan perbandingan rata-rata kelas akan mempermudah guru dalam menganalisis dan memberikan bimbingan)
4.     Tingkah laku yang Nampak
Murid akan bertingkah laku sesuai dengan hasil belajar yang dicapainya, karena proses belajar mengajar menimbulkan perubahan dalam aspek tingkah laku, murid yang tidak berhasil dalam belajar akan menunjukan pola tingkah laku menyimpang dan sebaliknya
Gejala kesulitan belajar dimanivestasikan dalam berbagai jenis kesulitan. Jenis kesulitan belajar tersebut saling berinteraksi satu denga yang lain.

2.3 Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat dialami oleh siapa saja, karena belajar itu bukan merupakan proses yang mudah dan melibatkan segala macam aspek. Termasuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masalah kesulitan belajar yang dialami siswa tentunya berbeda dengan siswa lainnya. Maka dari itu guru mata pelajaran dan guru BK perlu untuk mengenali berbagai karakter yang dimiliki oleh siswa.
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan (Ebekunt; 2009,  http://ebekunt.wordpress.com):
1.              Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a.       Faktor kejiwaan, antara lain :
1)      Minat terhadap mata pelajaran kurang
2)      Motif belajar rendah;
3)      Rasa percaya diri kurang
4)      Disiplin pribadi rendah;
5)      Sering meremehkan persoalan;
6)      Sering mengalami konflik psikis;
7)      Integritas kepribadian lemah.
b.      Faktor kejasmanian, antara lain :
1)      Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2)      Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3)      Adanya gangguan pada fungsi indera;
4)      Kelelahan secara fisik.
2.      Faktor Eksternal
 Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar       peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a.       Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antara lain :
1)      Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2)      Kurikulum yang terlalu berat bagi pesert didik;
3)      Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4)      Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
1)      Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
2)      Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif
3)      Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4)      Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

2.4 Proses Pemecahan Kesulitan Belajar
Ada pun langkah – langkah dalam proses pemecahan masalah kesulitan belajar meliputi :
1.     Memperkirakan kemungkinan bantuan
2.     Menetapkan kemungkinan cara mengatasi
3.     Tindak lanjut
Ad.1 memperkirakan kemungkinan bantuan
Kalau letak kesulitan yang dialami murid sudah dipahami baik jenis dan sifat kesulitan dengan berbagai macam latar belakangnya maupun faktor-faktor penyebabnya, maka guru/konselor akan memperkirakan :
a.     Apakah murid tersebut masih mungikin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak
b.     Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid tertentu
c.     Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan
d.     Siapa yang dapat memberikan pertolongan / bantuan
e.     Bagaimana cara menolong muridyang efektif, sehingga murid dapat mengatasi kesulitan
f.      Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolong murid dan apakah sumbangan / peranan yang dapat diberikan oleh masing-masing pihak.
Ad.2 menentapkan kemungkinan cara mengatasi
Dalam langkah ini perlu diadakan dari rapat staf bimbingan dan konseling jika diperlukan. Setelah hal itu dilaksanakan maka perlu disusun suatu rencana yang berisi tentang beberapa alternatif yang mungkin dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid. Rencana itu hendaknya berisi:
a.     Cara-cara yang harus ditempuhuntuk menyembuhkan kesulitan yang dialami murid
b.     Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi
Alangkah baiknya kalau rencana ini dapat didiskusikan  dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pemberian bantuan tersebut. Misalnya kepala sekolah, guru kelas / guru bidang studi, orang tua murid, konselor, dan sebagainya. Pada dasarnya secara khusus kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh guru bidang studi yang mengetahui secara persis tentang berbagai kesulitan yang dialami oleh seorang murid dalam mata pelajarannya.
Ad.3 Tindak Lanjut
                  Tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remedial (remedial teaching) yang do=iperkirakan paling tepat dalam membantu murid yang mengalami kesulitan belajar kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa:
a.     Melakukan pengajaran berupa pengajaran remedial (remedial teaching) pada bidang studi tertentu yang dilakukan oleh guru, pada mata pelajaran tertentu yang dilakukan oleh guru, yang dapat dibantu oleh guru pembimbing (konselor) dan pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar murid yang penuh motivasi.
b.     Pembagian tugas dan peranan orang-orang tertentu (wali kelas dan guru pembimbing) dalam memberikan bantuan kepada murid dan kepada guru yang selama melaksanakan kegiatan pengajaran remidial.
c.     Senantiasa recek dalam mencek kemajuan yang dicapai murid baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna dari program remidial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi. Dalam pelaksanaan pemberian bantuan hendaknya dilakukan secara kontinyu dan setiap kegiatan seharusnya senantiasa disertai dengan  pencatatan yang tepat.
d.     Mentransfer murid yang diperkirakan tidak mungkin ditolak karena diluar kemampuan atau wewenang guru atau konselor. Transfer kasus semacam itu bisa dilakukan kepada orang lain atau lembaga lain (psikolog, psikiater, lembaga psikologi, dan sebagainya)  yang diperkirakan dapat dan lebih tepat membantu murid yang bersangkutan.

Setelah muri mendapat bantuan maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
a.     Men-tes hasil belajar murid dalam bidang studi yang dianggap sulit
b.     Melakukan wawancara  dengan murid yang  bersangkutan untuk mengetahui pendapat murid tentang kesulitannya
c.     Wawancara dengan guru dan orang tua mengenai perubahan yang telah terjadi
d.     Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai dan informasi lainnya
e.     Observasi kegiatan murid dalam belajar (departemen pendidikan dan kebudayaan, 1989)
        Dengan demikian langkah – langkah dalam mendiagnosis kesulitan belajar telah selesai, sebagai bagian integral adalah pengajaran remedial. Tentang masalah ini dapat dikaji dalam bab berikutnya.


























BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Seorang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya memerlukan bantuan agar bisa menyelesaikan masalah belajarnya. Dalam hal ini peran guru Bimbingan dan Konseling sangatlah diperlukan disamping guru mata pelajaran. Tenaga pendidik perlu menyelidiki penyebab masalah belajar siswa yang biasa disebut diagnosis. Sehingga siswa bisa dengan mudah memahami materi dan mensejahterakan kehidupannya dengan menjadi siswa yang cerdas dan berkualitas dalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan. 

3.2  Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memberikan informasi kepada para pembaca, dan para pembaca dapat mengembangkan sendiri mengenai materi Diagnosis Kesulitan Belajar, dan masukan serta saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA


Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Nuha Litera

0 komentar :

Posting Komentar